Aku butuh diammu,
untuk meredam beribu asa yang meletup dalam diri.
Aku butuh sunyimu,
agar segala risau yang kukeluhkan
terlelap; hanyut dalam nyanyian selamat tidur
Aku menyanjung pikirmu,
disana rumit dan ramai
tapi semua tanya lantas tiada; berganti pemahaman, dan kesepahaman
Aku menyanjung lantunmu,
ia kusenandungkan berulang
hingga pemutar piringan hitam nampak jenuh
Aku merindu jejakmu,
yang tertinggal pada rerumputan
dan tanah basah;
pemadu ulung bagiku yang berkali tersandung, dan tersesat
Aku merindu matamu,
olehnya aku memahami; membahasa;
merangkai makna
Aku ingin hadirmu,
bukan sebagai bayang dalam kata, prosa,
dan puisi..
Segeralah pulang,
aku menunggumu dengan secangkir teh hangat di tangan
No comments:
Post a Comment