Thursday, May 23, 2013

Sebuah postingan, sebaris inspirasi

23 Mei 2013

Di tengah kelas Metpenstat III yang sedang berlangsung, iseng saya membuka favorited tweets Bapak Anies Baswedan. Tokoh pendidikan yang satu ini, adalah orang pertama yang menggugah hati dan pikiran saya untuk membuka mata lebar-lebar tentang pendidikan di negeri ini.
Dari salah satu favorited tweets yang ada dalam akun beliau, saya menemukan sebuah link yang merujuk pada p0stingan blog. Beliau yang menulis,  judulnya "Pondok Ban Tan dan Dr. Surin Pitsuwan".
Cukup lama saya membaca isi postingan tersebut. Dan saya terhenti di satu paragraf:

"Sekali lagi kita ditunjukan betapa hebatnya efek pendidikan. Beri fondasi aqidah, bekali dengan modal akhlaqul karimah lalu biarkan anak muda terbang mencari ilmu, membangun network, merajut masa depan. Anak muda tidak takut menyongsong masa depan. Kelak ia akan pulang, menjawab doa ibunya, menjawab doa ayahnya dengan membawa ilmu, membawa manfaat bagi kampung halamannya, bagi negerinya dan bagi umatnya."

Ah.. Pak Anies memang tidak pernah gagal menginspirasi melalui kisah demi kisah yang beliau tuturkan.


Terimakasih, Pak! :)

Sunday, May 12, 2013

Reverse


Wangi teh hijau menyeruak dari mug yang kini berada dalam genggaman. Sedikit bergetar karena empunya baru saja pulang dengan basah kuyup. Kedinginan ditempa tetes hujan yang turun tanpa ampun, seakan langit sengaja menumpah berjuta kubik air. Untuk apa, itu yang tak kutahu. Agar ia lega, mungkin?

Lega. Satu kata yang terngiang dalam beberapa hari terakhir. 
Hitungan hari, yang entah bagaimana caranya mampu memberi sekian banyak pembelajaran. Memberi sekian banyak jawaban atas pertanyaan yang selama ini tersimpan rapi dalam benak.
Meski, beberapa diantara jawaban itu membuat jurang realita dan ekspektasi menganga lebar, dan harap ini jatuh bedebam; dan si empunya membisu. Bingung dengan mekanisme yang ada. 

Meski begitu, lagi-lagi semua ini tentang belajar. Belajar bagaimana seharusnya menyikapi segala hal dengan kerendahan hati.
Menyikapi disonansi dua kata ini: "ingin", dan "butuh".



Ah, kan, sepertinya aku terlalu banyak berceloteh. Jam dinding kulirik: disana menunjukkan pukul 1.58 pagi. Pantas saja.


Aku mengalihkan perhatian, kembali, pada mug berisi teh hijau yang ada di depanku. Sudah dingin. Aku mengaduknya dengan enggan. Setengah berharap isi mug tersebut adalah teh raspberry alih-alih teh hijau pekat.
Eh? Secangkir teh raspberry? Refleks, bibirku melengkungkan senyum.



..dan sebuah nama pun bergaung, lagi.

Nama yang dulu berlabelkan "ingin", dan kini berubah menjadi "butuh".

Friday, May 10, 2013

#14: Seribu Semangat untuk Sela

Gadis kecil dengan tubuh menjulang tinggi—melebihi kawan-kawan seusianya itu menghampiriku sambil tersipu malu.
Bu, kieu?” (Bu, gini? –red), ia menunjukkan buku tulisnya padaku.
Di buku tulis itu tertera namanya. Empat huruf.
SELA.
Ditulis mirroring.
Aku tersenyum padanya. Poni rambutnya yang mencuat jelas terlihat dari balik kerudung pink yang setiap hari ia pakai ke sekolah.

Sela anak yang pendiam. Di kelas dia selalu duduk di bangku paling belakang. Sendiri.
Satu hal yang cukup mengagetkanku juga adalah sikap teman-temannya yang tak jarang mencemooh dia dan mengatakan Sela “belet”. Bahasa Sunda untuk kata “bodoh”.
Nyess.
Mencelos hatiku seketika mendengar kata-kata semacam itu keluar dari mulut anak-anakku.

Sela memang tergolong slow learner di kelas. Ia tertinggal dari teman-temannya terutama dalam hal mengenal huruf. Ia baru mengenal sekitar empat hingga lima huruf.
Satu lagi. Seperti yang telah kukatakan di awal: Sela menulis dengan mirroring—atau terbalik.
Teman-temannya mungkin tidak mengerti, sehingga akhirnya memberikan label “bodoh” tadi.

Semula kukira Sela mengalami disleksia/disgrafia. Sebuah istilah untuk menggambarkan gangguan dalam  hal membaca ataupun menulis. Namun, saat kuperhatikan kembali gejala-gejala yang ada, aku simpulkan bahwa Sela tidak mengalami gangguan. Ia sepertinya menerima stimulus yang kurang tepat sejak ia kecil, sehingga belajar menulis dan membaca tidak se-optimal anak-anak lainnya.

Dibalik semua kendala yang ada, Sela adalah salah satu murid favoritku. Dia memang bukan termasuk anak yang cerdas di kelas, tapi dia mau belajar. Dia mau belajar, dan tidak takut salah.
Meski berkali-kali aku harus mengulangi instruksi untuk menulis huruf “S” yang benar.
Meski berkali-kali aku harus mengulangi instruksi untuk menulis angka “4” yang benar.
Sela selalu ingin maju ke depan.
Dan saat pekerjaannya belum benar, dia akan kembali ke bangkunya.
Berkutat dengan tugas.
Dan kembali padaku.
Begitu selalu.

Aku penasaran.
Dengan modal semangat, aku, ditemani panitia&pengajar lain, mengunjungi rumah Sela di Bulakan. Yang ternyata begitu sulit dilalui.
Tapi tidak apa-apa, kalo tidak sekarang, kapan lagi?

Sesampainya di rumah Sela, aku mengobrol dengan ibunya mengenai keadaan Sela di rumah dan di sekolah.
Hmm.. pantas saja, di rumah tidak ada yang mengajari Sela membaca dan menulis.

Aku melirik pintu kayu tepat di sebelahku. Disana tertulis abjad-abjad dari A-Z. Ditorehkan kasar dengan pulpen. Dan, seperti biasanya.. abjad tersebut tertulis dengan mirroring—atau terbalik. Aku melempar senyum ke arah Sela yang sedang bermain di luar rumah.

Ia anak yang sangat bersemangat belajar. Segala keterbatasan ini sama sekali tidak boleh menyurutkan semangatnya.

Tidak sekali pun.



Waktu kita memang tidak banyak, sayang. Tapi satu hal yang bisa ibu berikan untuk Sela: seribu semangat setiap harinya. Boleh? :)

Saturday, May 4, 2013

Pengingat

Abu Hurairah ra telah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
”Terdapat 7 golongan yang akan mendapat lindungan arasyNya pada hari dimana tiada lindungan melainkan lindungan dariNya:
Pemimpin yang adil; pemuda yang masanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah SWT; seseorang yang hatinya terpaut pada masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah pula; lelaki yang digoda oleh perempuan cantik dan berpengaruh untuk melakukan maksiat tetapi dia menolak dengan mengatakan "Aku takut kepada Allah SWT."; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingat Allah SWT. ketika sendirian hingga menitikkan air mata." (HR Bukhari Muslim)

Izinkan Ya Allah. Hanya karenaMu