Saturday, December 15, 2012

Tentang Menjadi Spesial


Rabu, 12 Desember
Kelas Mata Kuliah Anak Luar Biasa

Sama seperti minggu lalu, kelas kami kedatangan tamu (lagi). Ibu Frieda Mangunsong mengawali kelas dengan memperkenalkan narasumber. Namanya Mbak Galuh. Beliau adalah seorang tunarungu.

Atensi seluruh kelas tersedot saat Mbak Galuh memulai presentasi. Beliau menggunakan bahasa isyarat--yang kemudian diterjemahkan langsung oleh seorang interpreter.

**
"Saya kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama. Lima tahun--saya tidak mendapatkan apa-apa."

"Dosen tidak pernah mengijinkan saya membawa interpreter di kelas. Padahal, untuk berkomunikasi secara oral, saya mengalami kesulitan. Tidak ada yang mengerti. Saya dilabel "bodoh", dan "cacat"."

**
"Saat bencana gempa bumi melanda Yogyakarta beberapa tahun silam, anak-anak tuli banyak menjadi korban. Mereka tidak bisa mendengar. Mereka tidak mengerti instruksi orang-orang untuk "berlari", untuk "sembunyi". Mereka kebingungan."

"Saya kemudian diajak bekerja sama dengan sebuah LSM dari Jerman untuk membuat sebuah perangkat bahasa isyarat yang dapat digunakan dalam keadaan emergency, terutama saat terjadi gempa bumi. Saya mengajukan perangkat tersebut ke Mendiknas. Perangkat kami ditolak dengan alasan 'pembodohan'."

"Anda tahu cita-cita saya? Cita-cita saya adalah menjadi diplomat. Ya, banyak orang yang menertawakan. Banyak yang berkata nonsense. Namun Allah SWT. memiliki skenario lain. Saya membawa perangkat tersebut ke PBB dan mempresentasikannya di depan delegasi-delegasi tiap negara dari seluruh dunia."

"Semua bertepuk tangan. Delegasi dari Turki, Jepang, Eropa, Amerika, semuanya, semuanya bertepuk tangan. Mereka kagum. Mereka bangga. Bahkan, saat perangkat bahasa isyarat tersebut diujicobakan pada anak-anak Thailand, mereka menangis."

"Anda tahu apa yang dilakukan oleh delegasi Indonesia yang terhormat saat saya mempresentasikan perangkat tersebut? Beliau tertidur."

**
"Betapa sedih hati saya melihat 80% anak-anak tuli di Indonesia tidak bisa membaca dan menulis. Sejak kecil mereka dijejali dengan alat bantu dengar, bahkan segera setelah lahir, beberapa dari mereka diberikan implan cochlea melalui operasi. Mereka dipaksa untuk "normal". Padahal mereka, kami, sudah diciptakan Tuhan dengan sempurna."

"SLB atau Sekolah Luar Biasa hadir justru bukan menjadi solusi bagi anak-anak tersebut. Anak-anak belajar dengan cara menyalin kembali apa yang guru ajarkan di kelas. Nilai-nilai mereka bagus. Mengapa? Karena guru yang mengerjakan."

"Pemerintah membuat sebuah kamus bahasa isyarat yang didistribusikan ke seluruh SLB di Indonesia. Namun, pembuatannya sama sekali tidak melibatkan tunarungu. Anak-anak, guru-guru, tidak mengerti isi dari kamus tersebut, sehingga bahasa isyarat tidak digunakan sebagaimana mestinya."

"Padahal bahasa isyarat merupakan bahasa ibu bagi kami. Bahasa isyarat membuka pintu selebar-lebarnya bagi kami untuk menyerap informasi, menyerap ilmu pengetahuan. Bahasa isyarat telah diakui di berbagai belahan dunia. Tapi di Indonesia..bahasa isyarat didiskriminasi."

"Anak-anak tunarungu memiliki hak. Meniadakan bahasa isyarat, tidak mengijinkan interpreter membantu proses belajar seorang tunarungu di kelas, sama saja dengan mengambil tongkat dari seorang tunanetra, atau mengambil kursi roda dari pemakainya."

"Ada yang perlu dibenahi dari pendidikan di Indonesia. Mulai dengan mengubah stigma yang ada."

**

Jujur, aku tercengang mendengar apa yang beliau sampaikan di depan kelas.
Dan lebih tercengang lagi saat mengetahui bahwa beliau telah menempuh jenjang pendidikan hingga S3.
Subhanallah..
Engkau Maha Adil..

Terimakasih Mbak Galuh
untuk sharing-nya yang sangat bermakna

dan untukMu,
Terimakasih Ya Allah
karena selalu mengingatkan
alasanMu menempatkanku disini
Kau ingin aku melihat, Kau ingin aku mengerti
apa artinya memperjuangkan.



"Bagi saya, kelemahan bukan sesuatu yang harus disempurnakan. Tuhan justru tengah mendidik kita melalui orang-orang dengan kelemahan ini. Ambil pelajaran, jadikan mereka inspirasi." -(Mbak Galuh, 2012)

No comments:

Post a Comment