Sunday, May 6, 2012

Surat Cinta untuk Penghuni Surga

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh :)

Ini kali kedua aku menulis surat kepada seseorang yang tidak pernah, atau lebih tepatnya untuk kali ini--tidak sempat aku temui. Kebingungan yang sama--seperti surat sebelumnya--pun kembali hadir: apakah seharusnya aku berbasa-basi dengan menanyakan kabarmu? Sementara aku yakin, kali ini tanpa ada setitikpun keraguan terbersit dalam benak, bahwa kau baik-baik saja. Kau berjarak begitu dekat denganNya. 

Aku mencoba mengimajinasikan rupamu, yang sayangnya selalu gagal. Bagaimana tidak? Satu-satunya gambar yang terekam di otak adalah potret mungil dirimu tersenyum ke arah kamera--dengan gigi yang baru berjumlah dua. Sudah, itu saja. 

Ah ya, dan satu lagi yang kuingat tentangmu: namamu, tentu saja.
Yunia Khairunnisa.

"Teteh.."
Sungguh, satu kata itu dapat membuat bulu kudukku meremang--dan mataku seketika terasa panas. Begitu membuncah rindu ini akan sosok yang kulihat sebatas potret masa kecil. Yang kudengar sebatas cerita sebelum tidur, atau sebatas nama yang selalu disebut setiap kali beliau membaca surat Yasin di malam Jum'at.

"Teteh.." 
Adik kecilmu ini begitu mendamba sosokmu. Meskipun (lagi-lagi) imajinatif--aku membayangkan hangatnya engkau merengkuh--membiarkan aku tersedu, hingga pundakmu basah. Saat ini aku sedang membutuhkan rengkuhan itu. Kau pasti tahu--dari atas sana, aku yakin kau mengamati. Ya, teteh.. Begitu lemah diri ini akan segala sesuatu yang menyangkut tentang beliau

Aku saksi hidupnya.
Aku teringat,
kala Shinta mengikuti jejakmu--kembali pada Sang Maha Cinta.
Dan aku melihat, dan aku menyaksikan--tangis itu,
tangis kehilangan untuk kedua kalinya.

"Teteh.."
Kini ujian itu datang lagi padanya. Ketakutan akan kehilangan itu menyergapi dan menghantui dirinya.
Sempat aku bertanya, "Mengapa? Mengapa ujian datang padanya bertubi-tubi bagai tiada akhir?"

Namun kini aku mengerti, Allah SWT. mencintainya, sangat.
Dan aku bersyukur akan itu.



"Teteh.."
Dengan jarakmu yang begitu dekat denganNya, boleh kah aku titip doa?
Tabahkan hatinya. Jadikan setiap tetes air mata yang jatuh dari pipinya, menjadi pemadam kobarnya api neraka.


"Teteh.."
Cukup sekian surat ini.
Titip salam untuk dek Shinta. 
Bilang padanya:
Semoga pada saatnya nanti, 'bekal'-ku ini cukup untuk bertemu kalian berdua disana











dari adikmu,
yang tengah merindu dua penghuni surga.

No comments:

Post a Comment