Tuesday, April 10, 2012

Membiru, untuk Memberi


insidesocal


Aku memicing memandang horizon. Menyaksikan oranye melebur kehilangan saturasi,
mengantar jingga yang beriak berarak bersama awan yang setipis kapas. 
Kau pasti setuju, keindahan itu identik dengan detail. Membuatmu memperhatikan,
dan mendeskripsikan.
Kali ini tidak berkutat hanya pada "Seperti apa",
namun juga "Seperti siapa"
 
Dalam kata, aku, kau, juga punya detail.
Seringkali terlalu banyak asosiasi.   
Disini aku, mengira bahagiamu meruncing pada satu,
yang lama kelamaan menjadi titik. Satu tanda berhenti. Inginnya ku, tapi mungkin dia
"Haha" dan hati tertawa mendengar pernyataan barusan.
Sedikit bernada sinis, menertawakan empunya. Padahal dirinya sendiri membiru, lebam.
Sekarang aku yang gantian menertawakan hati,
"Tawamu palsu, padahal kau disitu babak belur"
"Sejak kapan kamu jadi batu? Keras dan pongah" ucapku lagi,
pada hati yang sekarang jadi bisu.
Tidak ada tawa lagi. Anehnya, sekarang bibirnya melengkungkan senyum.
Ah, ternyata dia belajar satu: Untuk memberi, ia rela membiru. 
Memberi. Meski hanya sebaris doa.
Memberi. Satu konsep yang membungkam ego untuk tetap duduk diam di sudut. Mengalah demi satu alasan:
Kaulah itu detail, definisi keindahan, yang tak jemu aku perhatikan.

No comments:

Post a Comment