Tuesday, July 17, 2012

#1 Aku, Kamu, Tautan Nada


Tuhan menyusun rencanaNya sejak awal
mempertemukan kita dalam satu lingkaran

Entah berapa kali kita bertemu di persimpangan
namun tetap hingga hari itu tidak ada kata “kita”

Yang ada hanya aku dan duniaku,
bertualang sendiri
menggores pena di buku kehidupan
tanpa sekalipun terselip namamu

Skenario Tuhan berlanjut,
Aku dan kamu sampai di satu masa
Kali ini, kita bertemu muka
berbaur dalam kata
bertaut dalam nada.
Semakin hari aku menyadari,
gaung namamu menjadi melodi
menghias mimpi
dan aku resmi jatuh hati.

Ternyata bukan hanya aku, tapi juga kamu.
Karena kemudian, “kita” itu jadi nyata
Semua orang pun bertutur sama:
“Panca indera tak pernah buta,
dan hati punya jendela yang memancarkan segala rasa: mata”
Kamu lihat? Kedua mata kita melukis pelangi di cakrawala
Burung-burung camar berbisik iri
melihat semua warna-warni
Ah, kan, pipiku merona lagi..

Namun,
Apakah adanya “kita” menjadikan aku dan kamu serasa?
Jika begitu,
kamu seharusnya tahu,
aku disini bertanya,
“Kita ini sedang apa?”

Akankah kamu terus mengulur detik?
(Meskipun aku tak keberatan sama sekali)
Bagiku, kita sama-sama telah memahami bahasa rasa
mungkin tak perlu kata
untuk tahu kita berdua tengah jatuh cinta

Biarlah semua tanya itu tersimpan.
Biarkan kunikmati, aku dan kamu
beriringan menghalau sepi.
Melagukan nama masing-masing
dalam senandung nurani.

Meski begitu, 
Aku masih menunggu
Satu tanya darimu,
"Maukah kamu?"
dan tentu saja,
akan kujawab "ya".








ini cerita
tentang seorang sahabat, yang masih menunggu nada
menjadi melodi.
selamat bernyanyi berdua :)

1 comment:

  1. Anjir, dalem loh ci. Jaman sekarang banget ceritanya: Friendzone. Tapi lo ngemasnya jadi kena banget sih dalemnya. Keren ci

    ReplyDelete