Monday, July 16, 2012

Kisah dalam Secangkir Teh Raspberry

cupoftea 
Uap dari secangkir teh hangat beraroma raspberry masih mengepul seiring indera pencium menghirupnya pelan. Ada ketenangan yang tercipta disini. Dalam terang mentari yang sinarnya menelusup melalui jendela lebar-lebar--seakan meresap pada lantai-lantai, kursi, dan berbagai interior kayu yang ada pada setiap sudut kafe. 
Kisah demi kisah mulai tertutur. Aku menyiapkan indera penuh. Berusaha untuk tidak melewatkan detil apapun. Ada tawa, banyak gemas, lebih banyak tanda tanya. 

Sampai giliranku tiba. Aku meneguk teh raspberryku yang sudah mulai dingin. Sedikit ragu untuk bercerita, karena mereka tahu aku berputar disitu. Kisah yang masih sama--dengan lakon yang masih sama pula. Mungkin sedikit dibumbui ini itu seiring waktu. Masih malu-malu. Masih ada merah semu.

Aku kemukakan ketakutanku. Takut bila asa yang terakumulasi ini suatu saat berubah menjadi jutaan bilah pedang. Menghunus sisi terdalam tanpa ampun.
Aku harus bersiap. Bangun dan kemudian memetik pelajaran. Melanjutkan lembaran.
Meski tak sesederhana itu, setidaknya aku belajar. 

"Dan begitulah", kataku mengakhiri cerita. Semua masih sama. Berotasi pada lintasannya. Berporos pada satu--kisah yang itu lagi, lakon yang itu lagi. 

Mereka bertanya,
"Apa yang membuatmu berputar di tempat"
Aku bilang,
"Aku tidak--atau belum--punya alasan untuk beranjak. Jikapun kalanya tiba, aku akan tahu





..mengarah atau tidaknya langkahmu menujuku, akan selalu ada kata satu: terimakasih :)"







Bogor, 15 Juli
bersama dua orang sahabat

No comments:

Post a Comment