Hai, para pengukir kata.
Kamu tahu cerita yang kamu
tulis bukan sekedar rangkaian kata yang dibumbui drama. Bukan juga sekedar
bergulung jurnal harian. Atau puisi. Atau dialektik masa kini.
Ada hati yang
hati-hati menyampaikan. Sehalus mungkin—pesan itu dibiar mengalir.
Namun
pernahkah kamu takut: selama ini kamu terlena dalam diksi—menjadikannya miskin
esensi? Atau ketidakyakinan akan apa yang kamu tulis—membuatmu setengah hati
untuk berbagi?
Dengar, ini kamu. Ini duniamu.
Kata “tidak” dan “boleh” tak
dibiarkan sefrasa.
Menulislah seperti bernyanyi di dalam ruang karaoke.
Kamu
bisa pilih lagu apapun yang kamu suka. Dari genre apa saja.Tak perlu hiraukan
fals atau tidak. Bernyanyi, bernyanyilah saja.
Karena memang seperti itulah
seharusnya kamu menulis:
Bebas, lepas.
“Kita tak pernah tahu kapan badai
inspirasi itu datang. Jadi, ketika ide-ide liar itu tengah menggeliat di
kepalamu: tuliskan :)”
wow.
ReplyDeleteada kombinasi rasa abis baca surat ini.
antara rasa ingin meneruskan si surat pada sahabat sebagai penyemangat dan tanya pada diri, “sudahkah kamu?”