Sunday, March 3, 2013

Tumpah

Aku memandangimu yang tengah menelungkupkan wajah dibalik bantal,
menangis tak henti untuk satu hal yang tak mereka mengerti.
Seperti biasa, aku hanya menunggu
sampai kamu berhenti meronta dan mau berkata.

Dan kemudian kamu duduk tegak menghadapku, sambil masih bercucuran air mata.

Ritual negosiasi kita berjalan alot, lagi-lagi. Hingga sampai pada titik dimana kamu mengangguk setuju. Tangan kecilmu menggenggam tanganku. Sembari masih terisak, kamu berkata agar aku tidak kemana-mana.

Aku mengeraskan rahangku, dan mengerjap-ngerjapkan mata. Berusaha sekeras mungkin agar air mata ini tidak jatuh.

Ya Allah..
sebanyak apa hal yang aku lewatkan?

Ampuni aku, dan segala ketidakberdayaan ini Ya Rabb..

No comments:

Post a Comment