Sunday, May 12, 2013

Reverse


Wangi teh hijau menyeruak dari mug yang kini berada dalam genggaman. Sedikit bergetar karena empunya baru saja pulang dengan basah kuyup. Kedinginan ditempa tetes hujan yang turun tanpa ampun, seakan langit sengaja menumpah berjuta kubik air. Untuk apa, itu yang tak kutahu. Agar ia lega, mungkin?

Lega. Satu kata yang terngiang dalam beberapa hari terakhir. 
Hitungan hari, yang entah bagaimana caranya mampu memberi sekian banyak pembelajaran. Memberi sekian banyak jawaban atas pertanyaan yang selama ini tersimpan rapi dalam benak.
Meski, beberapa diantara jawaban itu membuat jurang realita dan ekspektasi menganga lebar, dan harap ini jatuh bedebam; dan si empunya membisu. Bingung dengan mekanisme yang ada. 

Meski begitu, lagi-lagi semua ini tentang belajar. Belajar bagaimana seharusnya menyikapi segala hal dengan kerendahan hati.
Menyikapi disonansi dua kata ini: "ingin", dan "butuh".



Ah, kan, sepertinya aku terlalu banyak berceloteh. Jam dinding kulirik: disana menunjukkan pukul 1.58 pagi. Pantas saja.


Aku mengalihkan perhatian, kembali, pada mug berisi teh hijau yang ada di depanku. Sudah dingin. Aku mengaduknya dengan enggan. Setengah berharap isi mug tersebut adalah teh raspberry alih-alih teh hijau pekat.
Eh? Secangkir teh raspberry? Refleks, bibirku melengkungkan senyum.



..dan sebuah nama pun bergaung, lagi.

Nama yang dulu berlabelkan "ingin", dan kini berubah menjadi "butuh".

No comments:

Post a Comment