Friday, December 23, 2011

Hujan itu distraksi


Baru saja aku bilang, "Aku harus mencari distraksi". Dan kemudian turun hujan. Semacam permainan #kode alam dimana mereka saling berbisik dan berkata, "Antarkan hujan ini padanya"--sambil menunjukku yang tengah bertopang dagu. Rintik hujan itu mulai terdengar, semakin lama semakin deras, sambil sesekali diiringi gemuruh yang seringkali aku sebut sebagi "teman hujan yang berisik, dan nakal".
Hujan itu distraksi. Apalagi jika aku bisa berlari ke luar dan membiarkan tetes demi tetes air hujan 'memukul' pipiku. Saat itu, tidak ada yang bisa membedakan mana air mata yang jatuh, mana tetes hujan yang mengalir di pipi. Miris, sih, tapi setidaknya lebih indah dibanding menangis di bawah shower (frase ini sering kutemukan di dunia maya akhir-akhir ini). Tapi, hujan itu distraksi, selama tidak ada memori yang teresonansi. Karena jika itu terjadi, justru akan membuatmu jatuh lebih dalam lagi. Nikmati hujan karena simfoninya, karena harum wanginya, bukan karena kemampuannya membuat kamu--mengingat ia yang disana.

No comments:

Post a Comment