Friday, December 23, 2011

Surat Cinta untuk Tong Sampah

Tong sampah ini bukan yang biasa ada di sudut kamar, yang menjadi tempat persinggahan terakhir debu-debu, kertas-kertas yang diremas, ataupun bungkus bekas popmie dan cemilan dikala malam. Tong sampah yang ini, berbeda. Tapi sebenarnya punya fungsi yang (hampir) mirip: membuang sampah. Namun, sampahnya (juga) berbeda. Sampah disini bisa berupa tangis, haru, harap, kesal, amarah, bingung, semua. Semua macam emosi yang menjadi 'sampah' yang ingin dibuang, dikeluarkan, terutama dari dalam hati.

Sering 'nyampah' menurutku bukan berarti seseorang itu galau. Rapuh, mungkin, tapi pada dasarnya setiap orang perlu sesuatu, atau seseorang, untuk berbagi. Berbagi sakit terutama. Karena layaknya kencing yang kelamaan ditahan untuk tidak dikeluarkan akan menyebabkan kencing batu, rasa sakit dalam hati pun sama: jika ia ditahan untuk dikeluarkan, ia akan terus mengendap disana. Lama kelamaan mengeras. Tahu akibatnya kala hati itu mengeras? Ia takkan mampu lagi untuk mencinta.


Siapapun pasti punya tong sampah. Dalam bentuk apapun, siapapun. Aku (pun) punya tong sampah. Tong sampah-mu, tong sampah-ku, (kemungkinan besar) berbeda. Aku jadikan twitter sebagai tong sampah. Aku jadikan blog sebagai tong sampah. Tapi keduanya memiliki kekurangan: tak bisa menyeka air mata yang mengalir ketika 'sampah-sampah' itu dikeluarkan.

Lucky me, aku punya tong sampah yang lain. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mau mendengarkan. Ah ya, mereka pendengar aktif yang tak jarang juga--solutif. Aku bisa 'nyampah' hingga berbusa, bahkan aku mendapat bonus: pundak yang bisa kau gunakan untuk menangis, atau sebuah pelukan hangat dan erat untuk meredam semua sakitmu.

Malam ini sungguh rasanya aku ingin berkata: "Teruntuk mereka yang kujadikan tong sampah: Aku cinta kalian. Dengan segenap hati". :)

1 comment: