Kau seperti komidi putar. Berputar disana, di serambi terdepan pikiran; ingatan. Entah sudah putaran yang ke berapa. Kepalaku sampai pusing, dan ingin muntah. Sesekali aku kapok, dan enggan untuk kembali bermain. Namun kerlip lampumu yang menyenangkan, dan melodimu yang membuai--membuatku nyaman. Seakan terus membisikkan: tidak apa-apa, sekali ini saja.Nyatanya tidak sekali. Berkali-kali. Karena aku selalu mau lagi, dan lagi.
Terkadang, kau bukan lagi komidi putar. Kau layaknya labirin--yang harus kulewati untuk menemukan jalan keluar, dari semua kegundahan. Dan, voila! Kau labirin ter-rumit yang pernah kulewati. Yah, atau mungkin memang karena kau satu-satunya labirin yang berani kulewati. Bisa dibilang aku nekat.
Dan benar saja, dalam labirin itu banyak sekali 'kejutan'. Beberapa kali aku seperti melihat cahaya dari kejauhan--mengira itulah jalan keluar. Ternyata, yang kutemukan adalah jebakan; atau jalan buntu (kalau aku sedang beruntung). Tersesat dalam labirinmu membuatku putus asa. Sesekali aku terseok, tapi aku bertahan. Aku sudah sejauh ini, aku bilang.
Rasanya ingin aku terbang keatas--melihat pola labirinmu: melihat pikiranmu. Termasuk, melihat apakah ada orang lain yang menyusuri labirinmu, yang (juga) berharap menemukan jalan keluar itu.
Dan sekarang aku lelah. Lelah menebakmu yang penuh teka-teki.Kau komidi putar. Kau labirin. Selanjutnya apa?
Harus menghadapi dirimu yang seperti apa lagi untuk kemudian bertemu dirimu,yang benar kamu?
Sunday, January 22, 2012
Balada Labirin, Komidi Putar, Kamu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment